Perangkat Desa Sumodikaran

Pemdes Sumodikaran - Dari Desa Kabari Dunia dalam Sebuah Berita

OPEN GOVERNMENT PARTNERSHIP

Pemdes Sumodikaran - Dari Desa Kabari Dunia dalam Sebuah Berita

Ikut Serta menyukseskan Gerakan Desa Sehat dan Cerdas

Pemdes Sumodikaran - Dari Desa Kabari Dunia dalam Sebuah Berita

Embung Desa Sumodikaran sebagai Sumber Daya yang perlu dikelola

Pemdes Sumodikaran - Dari Desa Kabari Dunia dalam Sebuah Berita

Kuliner khas Jonegoro Warung Tempuran dan Warung Rumah Kampoeng

Pemdes Sumodikaran - Dari Desa Kabari Dunia dalam Sebuah Berita

Aktivitas Ibu-ibu dan Remaja Putri Desa Sumodikaran, Sukseskan Program Desa Sehat dan Cerdas

Pemdes Sumodikaran - Dari Desa Kabari Dunia dalam Sebuah Berita

Suasana Upacara dan Jalan Sehat HUT Kemerdekaan RI ke-72

Pemdes Sumodikaran - Dari Desa Kabari Dunia dalam Sebuah Berita

Pelantikan Ketua RT dan RW Desa Sumodikaran

Pemdes Sumodikaran - Dari Desa Kabari Dunia dalam Sebuah Berita

Kamis, 26 Maret 2015

DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN SIAP GELONTORKAN BIBIT DOMBA

KIM Patih Somo- Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bojonegoro, siang tadi (26/03/2015) menyelenggarakan Penyuluhan Pengelolaan bibit ternak di Balai Desa Sumodikaran Kec. Dander Kab. Bojonegoro Jawa Timur yang dihadiri oleh Kepala Desa dan semua jajaran Aparatur Desa.

Kelompok Tani Ternak Mulyo Desa Sumodikaran Kec. Dander Kab. Bojonegoro pada tahun 2015 ini akan menerima bantuan bibit ternak Domba dari Dinas Peternakan dan Perikanan Kab. Bojonegoro. Turunnnya bantuan ini diawali dari pengusulan Kelompok Tani Ternak Mulyo pada tahun 2014 yang lalu. Pada tahun ini pengusulan tersebut  akan segera terealisasi.

Sinyal turunnnya bantuan ini dimulai hari ini, yaitu diawali dengan diselenggarakannya Penyuluhan Pengelolaan Bibit Ternak yang didistribusikan kepada masyarakat tahun 2015, yang dilaksanakan di Balai Desa Sumodikaran. Penyuluhan tersebut diikuti oleh anggota Kelompok Tani Ternak Mulyo, Aparatur Desa dan sebagian masyarakat desa yang berjumlah 40 orang.

Antusias anggota Kelompok  Tani Ternak dan masyarakat  cukup tinggi untuk mengikuti penyuluhan tersebut, terbukti tingkat kehadiran undangan mencapai 95%. Sukarji, salah satu undangan yang hadir mengatakan bahwa keingintahuan dan kejelasan bagaimana  cara-cara beternak yang benar sangat dibutuhkan masyarakat, mengingat saat ini banyak masyarakat Sumodikaran yang memiliki ternak. Hal ini juga diamini oleh Kholiq, Ketua Kelompok Tani Ternak Mulyo Desa Sumodikaran, dia menandaskan bahwa modal dasar yang wajib diketahui oleh warga sebelum beternak adalah tehnik-teknik beternak yang benar. Bagai gayung bersambut, Ketua Tim Pelaksana, Kasnadi, S.Pt. juga menjelaskan bahwa sebelum Kelompok Tani menerima bantuan ternak, langkah utama yang diperlukan adalah petani mengetahui teknik-teknik beternak yang benar.
Kelompok Tani Ternak Mulyo yang dikomandani oleh Kholiq ini memiliki anggota sebanyak 10 orang. Berdirinya Kelompok Tani ini berawal dari  keinginan Kholiq untuk beternak Domba. Pada tahun 2013 atas dukungan dan motivasi dari apartur desa keinginan untuk mendirikan Kelompok Tani Ternak ini dapat terealisasi. Namun diawal berdirinya kelompok ini sudah terbentur dengan modal sehingga dalam pelaksanaan kegiatannya tidak dapat berjalan dengan baik. Atas saran dari pamannya yang juga anggota kelompok Tani Ternak di Kapas menyarankan untuk membuat proposal bantuan bibit ternak domba. Akhirnya pada tahun 2014 proposal  diajukan ke Dinas Peternakan dan Perikanan Kab. Bojonegoro dan dapat terelalisasi pada tahun 2015 ini.

Rencananya bantuan yang digelontorkan kepada Kelompok Tani Ternak Mulyo ini berjumlah 20 ekor bibit Domba betina siap kawin dan 5 ekor domba untuk dikelola dalam kandang bersama dengan harapan dalam waktu 2 tahun kedepan dapat berkembang dengan baik dan sesuai harapan Dinas Peternakan dan Masyarakat.

Selasa, 24 Maret 2015

SONGSONG PROGRAM CAMAT DANDER WARGA SUMODIKARAN MULAI MELIRIK BUDIDAYA LELE


KIM Patih Somo- Seiring dengan program Camat Dander menjadikan Desa Sumodikaran dan Desa Ngumpakdalem sebagai destinasi kuliner masakan berbahan dasar ikan air tawar, warga Desa Sumodikaran mulai menekuni budidaya ikan Lele dan Nila. Berdasarkan data dari Pemerintah  Desa Sumodikaran, saat ini sudah puluhan Kepala keluarga yang membudidayakan Lele. Walaupun masih sebatas sebagai sarana menyalurkan hobby saja namun hasil yang diperoleh tidak terlalu mengecewakan.

Camat Dander memprogramkan Desa Sumodikaran dan Desa Ngumpakdalem sebagai alternatif tujuan wisata kuliner. Embrio program ini sudah ada, yakni berdirinya 3 buah warung yang tiap harinya cukup ramai dikunjungi pelanggannya. 3 warung itu adalah Warung Tempuran, Warung Makan Rumah Kampung dan Mega Kafe. “Kami memberi alternatif menu masakan kepada 3 warung tersebut yakni menu masakan berbahan dasar ikan lele, selain menu masakan unggulan masing-masing Warung tesebut”, ujar Fatchur Rochman, S.Sos, Msi, Camat Dander saat ditemui KIM Patih Somo, (23/03/2015) di Kantor Kecamatan.

Sejalan dengan pernyataan Camat Dander, menurut Nurul Iksan, SE, Program budidaya Lele ini sudah dimasukkan pada Musrenbangdes bulan November 2014 yang lalu.  “Pada Musrenbangdes tahun 2016, telah diprogramkan budidaya Lele dan pelatihan-pelatihan masakan olahannya, misalnya Pentol Lele, Abon Lele dan Kerupuk Lele”, kata Kaur Pembangunan Desa Sumodikaran ini menandaskan. Rencananya selain pengolahan produk lele, juga akan ada pelatihan meramu pakannya, sehingga warga yang berminat budidayak lele tidak kesulitan menghadapi masalah pakannya.

Salah satu pembudidaya Lele yang cukup telaten menggeluti bidang ini adalah Maliki, warga RT. 03 RW. 02 Dukuh Tempuran Desa Sumodikaran. Sejak tahun 2013 yang lalu dia menekuni hobby budidaya Lele ini. Dengan bermodalkan tambak dengan ukuran 5 m x 10 m ini, dia menebarkan 13.000 benih lele di kolamnya. “Yach…. Untuk refreshing mas… menyalurkan hobby, keuntungannya lumayan juga”. Ujarnya.
Selain Maliki, ternyata lebih dari 15 Kepala keluarga di desa ini juga memiliki pekerjaan sampingan yakni budidaya Lele ini.

Kepala Desa Sumodikaran, Hj. Khotimah berharap dengan adanya program dari kecamatan ini pendapatan masyarakat akan meningkat yang pada ujungnya kesejahteraannya pun akan meningkat.

Jumat, 20 Maret 2015

BALAI DESA DIGUSUR PEMERINTAH DESA MALAH BERSYUKUR

KIM Patih Somo- Kepala Desa Sumodikaran yang baru ini memang patut diacungi jempol, betapa tidak, dalam masa satu tahun kepemimpinannya, Hj. Khotimah bersama-sama dengan jajaran Pemerintahannya telah menyelesaikan dua PR besar yang selama ini terbengkalai dari masa kepemimpinan Kepala Desa sebelumnya. Setelah pemindahan Jalur Jalan baru di timur Kasun I  RT 01 RW 01 yang baru saja selesai masa pembangunannya, Beliau langsung tancap gas untuk mengeksekusi PR keduanya yaitu penyelesaian sengketa tanah yang ditempati Balai Desa.
                                                                                                                          
Balai Desa Sumodikaran Kecamatan Dander Kabupaten Bojonegoro yang selama ini ditempati oleh Pemerintah Desa, dulu dibangun sejak masa kepemimpinan Kepala Desa alm. Bapak H. Wajiran pada tahun 1984. Balai Desa ini berdiri diatas tanah milik Alm. H. Tarmadi. Pendirian Balai Desa ini bermula dari kesepakatan antara Pemerintah Desa dan H. Tarmadi yang dituangkan dalam rembug desa pada tahun itu. Disepakati bahwa tanah tersebut awalnya akan dibeli desa, tetapi karena membutuhkan dana yang besar, maka sementara dipakai untuk balai desa sedangkan H. Tarmadi diberikan tukar tanah kas desa untuk dikelola. Waktu bergulir begitu cepat, ketika masa kepemimpinan H. Wajiran berakhir dan berganti Kepala Desa H. Hadi Suwartono yang masih saudara H. Tarmadi dan anak dari H. Wajiran, mungkin karena hubungan kekeluargaan yang begitu kental sehingga permasalahan panah yang ditempati Balai Desa berlalu begitu saja tanpa penyelesaian.
Balai Desa yang sekarang ditempati
Pemdes Sumodikaran
Hingga kepemimpinan kepala desa berganti Ali Mahfudh, S.Pd. Pihak keluarga H. Tarmadi mulai menanyakan kelanjutan penyelesaian tanah yang ditempati balai desa. Pembahasan selalu deadlock dan mengambang begiti saja sampai akhir masa kepemimpinan Ali Mahfudh, S. Pd. selama dua periode.

Tampuk kepemimpinan Kepala Desa Sumodikaran berganti kepada Hj. Khotimah yang mulai menjabat sejak 30 April 2014 lalu. Pembahasan permasalahan tanah yang ditempati Balai Desa menghangat kembali, Hal tersebut akhirnya direspon cepat oleh Kepala Desa. Dari dua pertemuan yang digelar oleh Pemerintah Desa dengan Pihak Keluarga H. Tarmadi, puncaknya pada pertemuan kedua yang dilaksanakan di Balai Desa Sumodikaran pada tanggal 14 November 2014 lalu menjadi titik balik dari keberadaan Balai Desa yang selama ini ditempati oleh Pemerintah Desa dalam menjalankan roda pemerintahannya. Pertemuan tersebut mendapatkan hasil kesepakatan yaitu Balai Desa Sumodikaran akan pindah tempat di lokasi Tanah Kas Desa sebelah SDN Sumodikaran II. Terkait kepindahan tersebut Pemerintah Desa Sumodikaran minta tenggang waktu 3 tahun. Saat ditemui KIM Patih Somo (19/03), Kasun Sumodikaran, Ali Muji merasa senang karena masalah ini sudah ada solusinya. “Akhirnya kami sangat puas dan bersyukur dengan hasil kesepakatan ini, kami lebih senang jika pindah saja daripada harus membeli tanah ini, selain kemampuan keuangan desa yang sangat terbatas, Kami juga harus rehab Balai Desa. Dengan pindah di tanah Kas Desa sudah aman di sisi tempat dan kami bisa merencanakan pembangunan Balai Desa baru yang lebih bagus”. ujarnya membenarkan.

Dari hasil kesepakatan tersebut Pemerintah Desa Sumodikaran langsung merespon dengan membuat rencana pembangunan Balai Desa baru. Saat ini sudah memasuki tahap desain akhir dan di tahun 2015 ini juga rencananya Balai Desa Sumodikaran yang baru akan segera dibangun, menyusul tahun berikutnya pembangunan Kantor Desa. “Kami mohon do’a restu kepada semua Warga Sumodikaran dan Pembaca, semoga pembangunan Balai Desa baru ini lancar dan dimudahkan oleh Allah SWT, sehingga dalam kurun waktu 3 tahun, Balai Desa Sumodikaran sudah berdiri kokoh sebagaimana harapan kita semua”. tandas Kepala Desa Sumodikaran. (Exsan)

Kamis, 19 Maret 2015

BUTIRAN TELUR PUYUH HASILKAN LEMBARAN RUPIAH

KIM Patih Somo- Dukuh Tempuran memang potensial untuk digali sumber dayanya. Sesuai namanya, TEMPURAN, warganya pun siap tempur memperjuangkan agar hidup layak. Salah satunya usaha peternakan Burung Puyuh. Tingginya permintaan telur puyuh di Bojonegoro menjadi peluang usaha tersendiri. Kesempatan ini tidak disia-siakan oleh Suwito (44 tahun) warga RT. 02 RW. 02 Dukuh Tempuran, Desa Sumodikaran Kec. Dander Kab. Bojonegoro. Berkat usahanya ini dia bisa membeli tanah, membangun rumah dan mencukupi kebutuhan hidup keluarganya.

Suwito memang ulet dalam bekerja. Betapa tidak, saat ditemui oleh KIM Patih Somo (18/03) Ia mengaku menekuni peternakan puyuh ini sejak tahun 1999  berawal dari sebuah kecelakaan kendaraan yang disopirinya. Sebelumnya dia memang sopir truk sebuah CV di Bojonegoro. Namun musibah datang hingga akhirnya pria ini trauma menjadi sopir dan memilih menekuni bidang usaha lainnya, yakni beternak buruh puyuh. Diawal usahanya pria berkelahiran Tuban ini mencoba memelihara buruh puyuh di desa kelahirannya Soko Tuban hanya 100 ekor, kemudian berkembang menjadi  ribuan ekor. Merasa berhasil beternak puyuh di Soko Tuban, Pria ini mengembangkan usahanya di desa tempat tinggal istrinya yakni di Desa Sumodikaran.

Sampai berita ini ditulis, burung puyuh yang dipelihara oleh Suwito dibantu oleh Nur Diana, istrinya kini mencapai 5000 ekor dengan rincian 2000 ekor petelur dan 3000 ekor lainnya dijual sebagai bibit.  Dari 2000 ekor puyuh petelur ini tiap harinya bisa menghasilkan 18-20 Kg telur dengan harga jual Rp. 25rb/kilogram nya. Sementara pakan yang dibutuhkan perharinya untuk burung siap telur sebanyak 2000 ekor mencapai 1 sak atau sekitar 50 kg dengan harga Rp. 270 ribu/saknya. Dari hitungan matematis, profit bersih yang dikantongi oleh Suwito bisa mencapai Rp. 400 ribu/harinya setelah dikurangi biaya pakan dan biaya perawatan lainnya. Selain memelihara burung siap telur, Suwito juga menjual burung bakalan atau bibit hingga saat ini berjumlah 3000 ekor dengan harga jual Rp. 5500,- per ekornya.
Namun usahanya ini tidak selalu mulus, pada tahun 2011 pernah merugi hingga Rp. 20 juta rupiah gara-gara buruh puyuh peliharaannya terserang virus.  Namun berkat bantuan pinjaman modal dari Dinas Peternakan Kabupaten Bojonegoro sebesar Rp. 60 juta, keterpurukan usahanya ini dapat segera diatasi.(say)

Rabu, 18 Maret 2015

TERJUNI DUNIA KALIGRAFI UKIR BERBEKAL ILMU DARI MTs AL ROSYID

KIM Patih Somo- Sumodikaran memang desa kecil, namun potensi sumber daya alam maupun sumber daya manusianya perlu diperhitungkan. Salah satunya adalah Abdul manaf (38) warga RT. 08 RW. 01 Desa Sumodikaran Kec. Dander Kab. Bojonegoro Jawa Timur. Berbekal teknik menulis kaligrafi ( Khot ) sewaktu belajar di MTs Al Rosyid Kendal Bojonegoro, pria ini memiliki keterampilan mengukir kaligrafi arab diatas media kayu jati dengan hasil karya yang cukup menakjubkan.

Pekerjaan ini dipilihnya karena ada peluang bisnis dan tidak sembarang orang bisa melakukannya mengingat pekerjaan ini membutuhkan keterampilan dan ketekunan yang tinggi . Saat ditemui KIM Patih Somo (17/03), Pria yang agak gemuk ini mengaku mulai menggeluti bidang mebel dan ukir sejak tahun 1998.  Berawal dari bekerja di Mebel Garuda, Sukorejo Bojonegoro. Setelah merasa cukup mendapatkan ilmu mengukir, maka pada tahun 2005 dia membuka usaha kecilan di rumahnya sendiri. Dengan modal 4 juta, pria ini memulai usahanya membuat Kaligrafi ukir. “Saya sebenarnya sudah lama ingin mengaplikasikan Khot/Kaligrafi Arab ini diatas media kayu, cuman modalnya belum ada”, Ujarnya.

Sejauh ini memang pemasaran belum maksimal. Produk baru dibuat berdasarkan pemesanan saja. Hal ini dikarenakan terbatasnya modal yang dimiliki pengrajinnya. Namun puluhan bahkan ratusan kaligrafi sudah menghiasi rumah warga dan masjid-masjid di Bojonegoro ini. Produk kaligrafi yang dihasilkan dijual dengan harga bervariasi antara 100 ribu – 500 ribu rupiah, tergantung ukuran dan tingkat kesulitan pemahatannya.

Selain kaligrafi ukir, Pria yang memberi nama usahanya dengan sebutan “Syahrina Mebel” ini juga melayani kebutuhan mebelair seperti meja, kursi, lemari, pintu, jendela, dan kusen. Bagi Pembaca yang ingin memesannya bisa menghubungi 082331181388, WA : 08972929688, atau PIN  5290BA47. (say)

Selasa, 17 Maret 2015

GELUTI PROFESI DUKUN LAMPU TOPANG EKONOMI KELUARGA


KIM Patih Somo- Reaksi pertama kali kita mendengar bahwa lampu hemat energi mati bisa dihidupkan kembali adalah takjub dan setengah tidak percaya. Namun ketidakpercayaan ini dijawab oleh Moh. Badrianto (37), warga RT. 02/ RW. 02 Dukuh Tempuran Desa Sumodikaran, pasalnya lelaki yang sehari-hari dipanggil Mas Badri ini sudah tiga tahun ini menggeluti profesi sebagai dukun lampu.

Saat ditemuai Kim Patih somo (16/03), Moh Badrianto mengaku menekuni profesi sebagai dukun lampu ini sejak tahun 2012 bermula saat dia memiliki beberapa lampu hemat energi yang sudah mati, karena merasa sayang kalau benda rusak ini dibuang, maka muncul ide untuk memperbaikinya. Maka pada awal tahun 2012 mulailah dia belajar dari tukang service lampu di Surabaya. Setelah melalui perjuangan yang panjang, akhirnya dia mencoba membuka usaha service lampu. Bermodalkan uang Rp. 300.000,- dia membeli bahan dan peralatan seadanya.

Mungkin inilah bisnis dengan modal mini hasil maxi atau modal sedikit hasil selangit. Dalam waktu kurang dari satu bulan modal yang dikeluarkan sudah kembali bahkan meraup keuntungan yang cukup tinggi yakni mencapai 1 juta rupiah.

Hal yang paling sulit ditembus bagi pemodal mini untuk bisnis ini adalah pengadaan bahan baku kacanya, karena tidak dijual bebas di toko-toko, maka pembeliannya harus langsung ke  distributornya dan itupun harus partai besar dan cash. Bagi pemodal mini hal yang bisa dilakukan adalah membeli secara eceran dari para pembuka lapak service. 


“Diawal usaha kami, pemasaran hanya di kios-kios di sekitar Kecamatan Dander, lalu dengan usaha keras bisa menembus pasar Ngasem, pasar Ngambon, pasar Kalitidu bahkan sampai ke pasar Padangan”, ujar bapak beranak 3 ini.  Sampai saat ini anak buah untuk memasarkan barangnya sudah ada 6 orang. Seiring dengan tingginya permintaan lampu rekondisi ini, Badri terus menambah modalnya. Penghasilannya sebagai dukun lampu ini bisa mencapai 2,5 juta/bulan sehingga mampu menopang ekonomi keluarganya.

Senin, 16 Maret 2015

ANJLOKNYA HARGA GABAH BIKIN PETANI DI SUMODIKARAN RESAH


KIM Patih Somo- Sampai hari ini (16/03) beberapa pemilik sawah di Desa Sumodikaran Kec. Dander Kab. Bojonegoro Jawa Timur masih memanen padinya. Musim panen tahun ini  memang tak membuat petani di desa ini bergembira. Pasalnya harga gabah yang menjadi tumpuan harapan  pendapatan bagi ratusan keluarga petani di desa tersebut hargannya kini anjlok hingga Rp 3.600 per kilogram.

Pada awal panen dua pekan lalu harga gabah masih dikisaran Rp 4.500,- perkilogram. Para petani menuding ada tengkulak yang mempermainkan harga, namun mereka tak punya pilihan, bagaimanapun gabah itu harus dijual untuk modal masuk masa tanam kedua.

Jami’in, petani di RT.01 RW. 01 di desa  ini misalnya, semula ia gembira karena awal musim panen dua pekan lalu harga gabah dibeli para pedagang di kisaran harga Rp 4.500,- per kilogram. Namun harga tersebut hanya bertahan beberapa hari sebelum akhirnya tergerus.

“Dua pekan lalu kan harganya Rp 4.500 per kilogram, tapi hanya harga pembuka. Rupanya hanya bertahan beberapa hari tiba-tiba harganya melorot meski kondisi dan kualitas gabah tak berbeda dengan gabah yang dipanen dua pekan lalu,” ujar jami’in. Padahal data di pasar setempat menunjukkan harga beras panenan baru berkisar Rp 8.400 – Rp 8.500/kilogram. Tapi harga beras kualitas super tetap stabil berkisar Rp 9.800-Rp 10.400/kilogram, begitu pula harga beras jatah untuk warga miskin (raskin) juga stabil berkisar Rp 6.500-Rp 6.600/kilogram, namun yang disayangkan petani mengapa harga gabah terus turun? Pertanyaan inilah yang mungkin perlu dijawab oleh Pemerintah Kabupaten Bojonegoro.

Minggu, 15 Maret 2015

BADAN SEHAT, JIWA MANTAP, PROGRAM DESA SEHAT DAN CERDAS-PUN DAPAT


KIM Patih Somo- Minggu pagi (15/03) Balai Desa Sumodikaran dibanjiri ibu-ibu dan remaja putri. Ada rutinitas baru bagi Ibu-ibu dan remaja putri di desa ini, mulai bulan Januari 2015 kemarin setiap minggu pagi, mereka melakukan senam dan tak kalah juga para remaja putra untuk melakukan olahraga bulu tangkis.

Rutinitas positif ini perlu diapresiasi, betapa tidak atas prakarsa dari Ibu Kepala Desa Sumodikaran, Hj. Khotimah,  ibu-ibu dan remaja putri desa Sumodikaran mengisi waktu sehabis masak dengan senam kebugaran.

Aktivitas rutin ini mulai dilaksanakan awal bulan Januari 2015 yang lalu bertempat di Balai Desa Sumodikaran Kec. Dander Kab. Bojonegoro. Dengan difasilitasi dan dipandu oleh instruktur senam yang bernama Teresia (35 tahun), warga desa Balen Kec. Balen peserta senam mencapai 50 orang. “Saya sangat senang dan sangat terhibur karena selain untuk mengisi akhir pekan juga senam ini bermanfaat untuk menjaga kesehatan dan kebugaran tubuh”, ujar Rusmiasih warga RT. 05 RW. 01 Desa Sumodikaran.

Menurut Kepala Desa Sumodikaran, Hj. Khotimah bahwa seiring dengan program Pemerintah Kabupaten Bojonegoro, yakni Program Desa Sehat dan Cerdas, tentunya kebiasaan ini perlu dilestarikan, sehingga warga desa Sumodikaran terutama ibu-ibu dan remaja putri memiliki badan yang sehat, jiwa yang mantap dan program Pemerintah pun dapat terlaksana dengan baik di desa kita yang tercinta ini.

Selain ibu-ibu dan remaja putri tidak ketinggalan di halaman balai desa juga ada sekelompok remaja putra sedang berolahraga bulu tangkis. “Ini semua perlu dimotivasi dan diapresiasi sehingga warga benar-benar sadar bahwa menjaga kesehatan merupakan sebuah kebutuhan”, tandas kades Sumodikaran.

Sabtu, 14 Maret 2015

FASILITASI HARAPAN WARGA PEMDES SUMODIKARAN BANGUNKAN JALAN BARU



KIM Patih Somo- Atas prakarsa Ibu Kepala Desa Sumodikaran Kecamatan Dander Kabupaten Bojonegoro Propinsi Jawa Timur, akhirnya Pembangunan Jalan Baru timur Kasun RT 01 RW 01 yang menjadi harapan warga tersebut dapat terwujud.

Jalur yang dulunya adalah jalan setapak menuju sawah yang terputus oleh sungai apur. Akhirnya pertama kali dibangun pada masa kepemimpinan Kepala Desa H. Hadi Suwartono pada tahun 1990an untuk membuka akses jalur terdekat menuju jalan raya dan sebagai penghubung ke perumahan Redriying. Jalan yang sempat mengalami perkerasan dan perbaikan tersebut akhirnya mengalami kendala karena tanah tersebut masih merupakan hak milik perorangan, sehingga hampir 5 tahun terakhir tidak tersentuh pembangunan.

M. Dahlan yang beralamat di RT 01 RW 01 Desa Sumodikaran sebagai pewaris tanah tersebut akhirnya melunak setelah di mediasi oleh Pemerintah Desa, dengan kepemimpinan Kepala Desa yang baru Ibu Hj. Khotimah yang baru menjabat per 30 April 2014, benang kusut atas permasalahan tanah tersebut akhirnya teratasi. Hasil kesepakatan yang dituangkan dalam Berita Acara Desa pada tanggal 20 Mei 2014 lalu yang diantaranya adalah “memberikan hibah kepada Desa separo dari lebar kebutuhan untuk di jadikan jalan umum”. Hal tersebut diamini pula oleh pemilik tanah yang bersebelahan dengan tanah tersebut, beliau adalah Ibu Hj. Suwartini yang merelakan untuk kebutuhan separo jalan tersebut.

Hasil kesepakatan tersebut di tindaklanjuti oleh Pemerintah Desa dengan melakukan pengukuran, Perencanaan, model design dan menghitung kebutuhan anggaran untuk menggeser dari jalan yang sudah ada. Hasil investigasi di lapangan diambil keputusan untuk terlebih dulu dibangun plengsengan/tanggul tembok penahan tanah. Jalan sepanjang 60 meter dengan lebar badan jalan 3 meter dan tepi kiri kanan masing-masing 1 meter dengan tinggi urugan 140 cm tersebut sampai dengan perkerasan jalan di perkirakan menelan dana Rp. 58.000.000,-.

Akhirnya setelah diperoleh anggaran dari hasil lelang tanah kas desa pelaksanaan pembangunan jalan baru tersebut dilaksanakan bersama-sama dengan masyarakat sekitar. Tepatnya bulan Desember 2014 kemarin telah selesai pembangunan awal yaitu pelebaran jembatan, pemasangan tembok penahan, dan pengurukan. Setelah itu di tunggu masa jeda 3 bulan agar tanah urugan menjadi padat. Di awal bulan Maret 2015 pembangunan jalan dilanjutkan dengan menataan batu belah, pengurukan peddle, pembuatan jalur jalan dan pengerasan pasir kali. Setelah selesainya pembangunan jalan baru tersebut kini jalan sudah bisa dilalui kendaraan dengan lancar. Namun demikian tetap masih ditunggu ulur tangan pemerintah baik pusat maupun daerah agar dapatnya jalan tersebut dapat perkerasan jalan/dipaving

Jumat, 13 Maret 2015

PESONA KULINER NDESO WARUNG TEMPURAN BIKIN PENGUNJUNG KETAGIHAN


KIM Patih Somo- Sumodikaran merupakan sebuah desa kecil yang luasnya 4000 KM2 di sebelah utara Kantor Kecamatan Dander, diapit oleh Desa Mojoranu, Ngumpakdalem, Sumberagung dan Sendangrejo. Dibaik mungilnya desa tersebut ternyata menyimpan kuliner unik yang di sediakan oleh Warung Tempuran, yang menjadikan desa itu terkenal di wilayah Bojonegoro, Tuban, Cepu, Blora dan sekitarnya. Kuliner unik itu adalah Belut Gimbal Tempur. Menurut Fahrurrozi, Pengelola Warung Tempuran, nama kuliner itu sendiri diambil dari Belut yang balut dengan bumbuh rempah-rempah khas kuliner ndeso warung Tempuran. Selain Belut Gimbal Tempur tersedia juga belut geprak, ayam panggang Hot dan manis, Gurami Bakar Areng dan juga Jaer Dadal duel. Warung yang buka hari Sabtu-Kamis jam 08.00-17.00 ini menyajikan suasana yang nyaman, alami dibawah rindangnya pohon bambu membuat kesan tersendiri bagi pengunjung dan penikmat kuliner tersebut.



Pemilik warung ini adalah M. Arif Mustofa yang merupakan penduduk asli  dukuh Tempuran desa Sumodikaran, dengan dibantu  7 orang  karyawan menjadikan warung ini siap memanjakan pengunjungnya dengan aneka menu yang dipilihnya. Warung ini memiliki banyak pelanggan baik dari warga maupun dari pejabat-pejabat teras Pemerintah kabupaten Bojonegoro.



Warung yang mulai buka pada tahun 2013 ini buka pada hari Sabtu – Kamis  pukul 08.00 – 17.00 WIB. Sedangkan pada hari Jum’at libur. Warung ini mampu menghabiskan belut sebanyak 15-20 kg/hari pada hari senin-kamis, sedangkan pada hari Sabtu-Minggu bisa menghabiskan 20-25 Kg/hari.   



       


Untuk menuju lokasi warung ini memang agak masuk kedalam desa namun sepanjang jalan sudah berpaving sehingga nyaman untuk dilewati, warung ini tepat berada  di RT. 05 RW.02  dukuh Tempuran desa Sumodikaran. Route menuju warung Tempuran cukup mudah dijangkau. Dari perempatan pasar desa Ngumpakdalem ke arah barat sekitar 500 m. Di setiap perempatan sudah ada petunjuk arah menuju warung tersebut.

Warung yang berada dibawah rimbunnya bambu ini berdiri atas prakarsa pemiliknya dengan mempertimbangkan peluang bahwa belum ada warung Belut masakan khas ndeso di kecamatan Dander. Namun sayang  warung belut ini masih mengambil bahan baku dari luar Bojonegoro karena masih belum adanya peternakan belut di sekitar desa sumodikaran.
Namun untuk menu masakan yang lain seperti ayam panggang dan Jaer Dadal Duwel  sudah mengambil bahan baku dari peternakan warga sekitar. Hal ini tentunya menjadi bagian dari upaya meningkatkan nilai tambah perekonomian bagi warga Sumodikaran. Dan peternakan belut sendiri merupakan peluang usaha yang masih menjanjikan mengingat selain warung Tempuran masih ada lagi warung yang cukup terkenal di desa ini yakni Warung “Rumah Kampoeng” dan warung “Mega Kafe” yang menunya hampir sama dengan warung Tempuran.


Menurut Habib, Guru Madrasah Al Rosyid salah satu pelanggan warung ini, dengan rasa yang khas dan mantap apalagi yang doyan pedas cita rasa yang disuguhkan oleh warung ini benar-benar membuat mereka ingin kembali dan kembali menikmati sedapnya kuliner ndeso khas jonegoro ini. Pernyataan ini dibenarkan oleh pengelola warung, Fachrurrozi. Bahkan diantara mereka ada yang merayakan ulang tahun dan acara-acara keluarga lainnya di warung Tempuran ini. Keberadaan warung ini tentunya membawa sebuah harapan akan meningkatnya taraf hidup masyarakat desa Sumodikaran sehingga kehidupan dan kesejahteraan mereka akan lebih baik.





BERKAH AIR MELIMPAH MAKMURKAN WARGA DESA SUMODIKARAN


KIM Patih Somo- Musim hujan belum juga usai tapi memasuki bulan Maret curah mulai berkurang, mungkin masih menjadi derita bagi penduduk yang bermukim di wilayah dataran rendah. Di kota-kota besar seperti Jakarta yang padat, dengan sistem drainase yang tidak begitu tertata dengan baik, dengan tingkat kesadaran warga yang kurang memperhatikan lingkungannya sehingga ketika musim hujan turun bencana banjir telah menjadi momok dan derita yang memilukan. Tetapi begitulah  sifat air yang akan selalu mengalir ke tempat yang lebih rendah. Bagaimana pun air tetap menjadi sumber kehidupan.

Kabupaten Bojonegoro yang sangat dikenal sebagai tempat langganan banjir di musim hujan dan kekeringan di musim kemarau, tapi seiring dengan berjalannya waktu daerah Bojonegoro yang selalu berbenah diri dari permasalahan tersebut sudah tertangani dan sangat jauh berkurang.  Ide dan konsep brilian dari Bupati Bojonegoro, Kang Yoto telah mampu menangani berbagai masalah di kabupaten Bojonegoro yang semakin matoh.

Jika Bapak Presiden kita, JOKOWI mempunyai harapan besar untuk berswasembada beras dalam waktu 3 tahun kedepan, jauh sebelum itu Kang YOTO  sudah berharap untuk menjadikan Kabupaten Bojonegoro sebagai lumbung pangan  dan energi, tentunya dibutuhkan sinergi dan dukungan dari banyak pihak dan berbagai elemen masyarakat.

Pahlawan kita yang terkapar dan tertindas adalah Bapak-bapak petani yang selalu bekerja keras mewujudkan impian-impian itu. Desa Sumodikaran memiliki potensi pertanian bisa dibilang sangat bagus, dari luas desa +- 4.000.000 m2, hampir 60 Persennya  masih merupakan kawasan pertanian yang potensial, dengan dukungan irigasi daerah irigasi Balong dan daerah irigasi Dander. Air mengalir sepanjang tahun , selain itu ada juga sarana pendukung embung solo valay, Sehingga bisa dikatakan air sangat cukup untuk irigasi pertanian, dengan wilayah area irigasi teknis 145 ha dan 70 ha lebih non tehnis.


Semenjak berfungsinya embung solo valay di desa Sumodikaran sekitar tahun 2000 yang lalu, Pendapatan hasil pertanian warga desa Sumodikaran sangat melimpah. Dengan pola padi, padi, polowijo para petani bisa panen tiga kali pertahun. Kegiatan pertanian sudah sangat dipahami oleh para petani, dengan sistem pengairan yang sangat baik, pola tanam, bibit unggul, penggunaan pupuk dan obat pertanian sehingga perolehan rata-rata pertahun 7-8 ton/tahun.

Dengan luas area pertanian kira-kira para petani di desa Sumodikaran bisa menyumbang hampir 3000 ton gabah, dan 210 ton kedelai / pertahun kepada Pemerintah.

Untuk mewujudkan cita-cita swasembada beras, pangan dan energi sebagai lumbung pangan  dan energi, tentunya besar harapan para petani adalah mendapatkan bimbingan  dan dukungan dari Pemerintah agar para petani bisa mendapatkan hasil yang baik sesuai harapan mereka sehingga sektor pertanian ini menjadi tumpuan andalan yang menopang kehidupan mereka sehingga pada akhirnya kesejahtaraan dan taraf hidup masyarakat Sumodikaran akan semakin meningkat.

PELAYANAN MENGURUS AKTE KELAHIRAN

 Akta kelahiran adalah bentuk identitas setiap anak yang menjadi bagian tidak terpisahkan dari hak sipil dan politik warga negara. Hak atas identitas merupakan bentuk pengakuan negara terhadap keberadaan seseorang di depan hukum.

Membuat Surat Pengantar Mengurus Akta Kelahiran

Persyaratan pengantar membuat akta kelahiran :
  1. Foto Copy Kartu Keluarga
  2. Foto Copy Surat Nikah orang tua
  3. Foto Copy KTP Orang Tua
  4. Surat Kelahiran dari Desa  atau surat Persaksian kelahiran 
  5. Foto Copy KTP Saksi 1 dan saksi 2

PELAYANAN MENGURUS SURAT PINDAH TEMPAT



Persyaratan membuat surat pindah tempat :

  1. Kartu Keluarga (KK) asli.
  2. Kartu Tanda Penduduk (KTP) asli.
  3. Surat pengantar dari desa.
  4. Foto copy surat nikah.
  5. Pas foto ukuran 3x4 sebanyak 3 Lembar
  6. SKCK untuk yang pindah tempat antar Kabupaten dan antar Propinsi

Kontak Kami

Pemerintah Desa Sumodikaran
Sekretariat : Balai Desa Sumodikaran Kec. Dander Kab. Bojonegoro
HP : +6282331046465 ( Yasdi, SE, MM )
Email : desasumodikaran@gmail.com