14.00
KIM Patih Somo- Dinas Peternakan
dan Perikanan Kabupaten Bojonegoro, siang tadi (26/03/2015) menyelenggarakan
Penyuluhan Pengelolaan bibit ternak di Balai Desa Sumodikaran Kec. Dander Kab.
Bojonegoro Jawa Timur yang dihadiri oleh Kepala Desa dan semua jajaran Aparatur
Desa.
Kelompok Tani Ternak Mulyo Desa
Sumodikaran Kec. Dander Kab. Bojonegoro pada tahun 2015 ini akan menerima
bantuan bibit ternak Domba dari Dinas Peternakan dan Perikanan Kab. Bojonegoro.
Turunnnya bantuan ini diawali dari pengusulan Kelompok Tani Ternak Mulyo pada
tahun 2014 yang lalu. Pada tahun ini pengusulan tersebut akan segera terealisasi.
Sinyal turunnnya bantuan ini
dimulai hari ini, yaitu diawali dengan diselenggarakannya Penyuluhan
Pengelolaan Bibit Ternak yang didistribusikan kepada masyarakat tahun 2015,
yang dilaksanakan di Balai Desa Sumodikaran. Penyuluhan tersebut diikuti oleh
anggota Kelompok Tani Ternak Mulyo, Aparatur Desa dan sebagian masyarakat desa
yang berjumlah 40 orang.
Antusias anggota Kelompok Tani Ternak dan masyarakat cukup tinggi untuk mengikuti penyuluhan
tersebut, terbukti tingkat kehadiran undangan mencapai 95%. Sukarji, salah satu
undangan yang hadir mengatakan bahwa keingintahuan dan kejelasan bagaimana cara-cara beternak yang benar sangat dibutuhkan
masyarakat, mengingat saat ini banyak masyarakat Sumodikaran yang memiliki
ternak. Hal ini juga diamini oleh Kholiq, Ketua Kelompok Tani Ternak Mulyo Desa
Sumodikaran, dia menandaskan bahwa modal dasar yang wajib diketahui oleh warga
sebelum beternak adalah tehnik-teknik beternak yang benar. Bagai gayung
bersambut, Ketua Tim Pelaksana, Kasnadi, S.Pt. juga menjelaskan bahwa sebelum
Kelompok Tani menerima bantuan ternak, langkah utama yang diperlukan adalah petani
mengetahui teknik-teknik beternak yang benar.
Kelompok Tani Ternak Mulyo yang
dikomandani oleh Kholiq ini memiliki anggota sebanyak 10 orang. Berdirinya
Kelompok Tani ini berawal dari
keinginan
Kholiq untuk beternak Domba. Pada tahun 2013 atas dukungan dan motivasi dari
apartur desa keinginan untuk mendirikan Kelompok Tani Ternak ini dapat
terealisasi. Namun diawal berdirinya kelompok ini sudah terbentur dengan modal
sehingga dalam pelaksanaan kegiatannya tidak dapat berjalan dengan baik. Atas
saran dari pamannya yang juga anggota kelompok Tani Ternak di Kapas menyarankan
untuk membuat proposal bantuan bibit ternak domba. Akhirnya pada tahun 2014
proposal
diajukan ke Dinas Peternakan
dan Perikanan Kab. Bojonegoro dan dapat terelalisasi pada tahun 2015 ini.
Rencananya bantuan yang digelontorkan kepada Kelompok
Tani Ternak Mulyo ini berjumlah 20 ekor bibit Domba betina siap kawin dan 5
ekor domba untuk dikelola dalam kandang bersama dengan harapan dalam waktu 2
tahun kedepan dapat berkembang dengan baik dan sesuai harapan Dinas Peternakan
dan Masyarakat.
09.03
KIM Patih Somo- Seiring dengan
program Camat Dander menjadikan Desa Sumodikaran dan Desa Ngumpakdalem sebagai
destinasi
kuliner masakan berbahan dasar ikan air tawar, warga Desa Sumodikaran mulai
menekuni budidaya ikan Lele dan Nila. Berdasarkan data dari Pemerintah
Desa Sumodikaran, saat ini sudah puluhan
Kepala keluarga yang membudidayakan Lele. Walaupun masih sebatas sebagai sarana
menyalurkan hobby saja namun hasil yang diperoleh tidak terlalu mengecewakan.
Camat Dander
memprogramkan Desa Sumodikaran dan Desa Ngumpakdalem sebagai alternatif tujuan
wisata kuliner. Embrio program ini sudah ada, yakni berdirinya 3 buah warung
yang tiap harinya cukup ramai dikunjungi pelanggannya. 3 warung itu adalah Warung
Tempuran, Warung Makan Rumah Kampung dan Mega Kafe. “Kami memberi alternatif
menu masakan kepada 3 warung tersebut yakni menu masakan berbahan dasar ikan
lele, selain menu masakan unggulan masing-masing Warung tesebut”, ujar Fatchur
Rochman, S.Sos, Msi, Camat Dander saat ditemui KIM Patih Somo, (23/03/2015) di
Kantor Kecamatan.
Sejalan dengan pernyataan
Camat Dander, menurut Nurul Iksan, SE, Program budidaya Lele ini sudah
dimasukkan pada Musrenbangdes bulan November 2014 yang lalu.
“Pada Musrenbangdes tahun 2016, telah
diprogramkan budidaya Lele dan pelatihan-pelatihan masakan olahannya,
misalnya Pentol Lele, Abon Lele dan Kerupuk Lele”, kata Kaur Pembangunan Desa Sumodikaran
ini menandaskan. Rencananya selain pengolahan produk lele, juga akan ada
pelatihan meramu pakannya, sehingga warga yang berminat budidayak lele tidak
kesulitan menghadapi masalah pakannya.
Salah satu pembudidaya Lele
yang cukup telaten menggeluti bidang ini adalah Maliki, warga RT. 03 RW. 02
Dukuh Tempuran Desa Sumodikaran. Sejak tahun 2013 yang lalu dia menekuni hobby budidaya Lele ini. Dengan bermodalkan tambak dengan ukuran 5 m x 10 m ini, dia
menebarkan 13.000 benih lele di kolamnya. “Yach…. Untuk refreshing mas…
menyalurkan hobby, keuntungannya lumayan juga”. Ujarnya.
Selain Maliki, ternyata
lebih dari 15 Kepala keluarga di desa ini juga memiliki pekerjaan sampingan
yakni budidaya Lele ini.
Kepala Desa Sumodikaran,
Hj. Khotimah berharap dengan adanya program dari kecamatan ini pendapatan
masyarakat akan meningkat yang pada ujungnya kesejahteraannya pun akan
meningkat.
07.50
KIM Patih
Somo- Kepala Desa Sumodikaran yang baru ini memang patut diacungi jempol, betapa
tidak, dalam masa satu tahun kepemimpinannya, Hj. Khotimah bersama-sama dengan
jajaran Pemerintahannya telah menyelesaikan dua PR besar yang selama ini
terbengkalai dari masa kepemimpinan Kepala Desa sebelumnya. Setelah pemindahan
Jalur Jalan baru di timur Kasun I RT 01
RW 01 yang baru saja selesai masa pembangunannya, Beliau langsung tancap gas
untuk mengeksekusi PR keduanya yaitu penyelesaian sengketa tanah yang ditempati
Balai Desa.
Balai Desa
Sumodikaran Kecamatan Dander Kabupaten Bojonegoro yang selama ini ditempati
oleh Pemerintah Desa, dulu dibangun sejak masa kepemimpinan Kepala Desa alm.
Bapak H. Wajiran pada tahun 1984. Balai Desa ini berdiri diatas tanah milik
Alm. H. Tarmadi. Pendirian Balai Desa ini bermula dari kesepakatan antara
Pemerintah Desa dan H. Tarmadi yang dituangkan dalam rembug desa pada tahun
itu. Disepakati bahwa tanah tersebut awalnya akan dibeli desa, tetapi karena
membutuhkan dana yang besar, maka sementara dipakai untuk balai desa sedangkan H.
Tarmadi diberikan tukar tanah kas desa untuk dikelola. Waktu bergulir begitu
cepat, ketika masa kepemimpinan H. Wajiran berakhir dan berganti Kepala Desa H.
Hadi Suwartono yang masih saudara H. Tarmadi dan anak dari H. Wajiran, mungkin
karena hubungan kekeluargaan yang begitu kental sehingga permasalahan panah
yang ditempati Balai Desa berlalu begitu saja tanpa penyelesaian.
|
Balai Desa yang sekarang ditempati
Pemdes Sumodikaran |
Hingga
kepemimpinan kepala desa berganti Ali Mahfudh, S.Pd. Pihak keluarga H. Tarmadi
mulai menanyakan kelanjutan penyelesaian tanah yang ditempati balai desa.
Pembahasan selalu deadlock dan mengambang begiti saja sampai akhir masa kepemimpinan
Ali Mahfudh, S. Pd. selama dua periode.
Tampuk
kepemimpinan Kepala Desa Sumodikaran berganti kepada Hj. Khotimah yang mulai
menjabat sejak 30 April 2014 lalu. Pembahasan permasalahan tanah yang ditempati
Balai Desa menghangat kembali, Hal tersebut akhirnya direspon cepat oleh Kepala
Desa. Dari dua pertemuan yang digelar oleh Pemerintah Desa dengan Pihak
Keluarga H. Tarmadi, puncaknya pada pertemuan kedua yang dilaksanakan di Balai Desa
Sumodikaran pada tanggal 14 November 2014 lalu menjadi titik balik dari
keberadaan Balai Desa yang selama ini ditempati oleh Pemerintah Desa dalam
menjalankan roda pemerintahannya. Pertemuan tersebut mendapatkan hasil
kesepakatan yaitu Balai Desa Sumodikaran akan pindah tempat di lokasi Tanah Kas
Desa sebelah SDN Sumodikaran II. Terkait kepindahan tersebut Pemerintah Desa
Sumodikaran minta tenggang waktu 3 tahun. Saat ditemui KIM Patih Somo (19/03),
Kasun Sumodikaran, Ali Muji merasa senang karena masalah ini sudah ada
solusinya. “Akhirnya kami sangat puas dan bersyukur dengan hasil kesepakatan
ini, kami lebih senang jika pindah saja daripada harus membeli tanah ini,
selain kemampuan keuangan desa yang sangat terbatas, Kami juga harus rehab
Balai Desa. Dengan pindah di tanah Kas Desa sudah aman di sisi tempat dan kami
bisa merencanakan pembangunan Balai Desa baru yang lebih bagus”. ujarnya
membenarkan.
Dari hasil kesepakatan
tersebut Pemerintah Desa Sumodikaran langsung merespon dengan membuat rencana
pembangunan Balai Desa baru. Saat ini sudah memasuki tahap desain akhir dan di
tahun 2015 ini juga rencananya Balai Desa Sumodikaran yang baru akan segera dibangun,
menyusul tahun berikutnya pembangunan Kantor Desa. “Kami mohon do’a restu
kepada semua Warga Sumodikaran dan Pembaca, semoga pembangunan Balai Desa baru
ini lancar dan dimudahkan oleh Allah SWT, sehingga dalam kurun waktu 3 tahun,
Balai Desa Sumodikaran sudah berdiri kokoh sebagaimana harapan kita semua”. tandas
Kepala Desa Sumodikaran. (Exsan)
08.11
KIM Patih Somo- Dukuh Tempuran memang
potensial untuk digali sumber dayanya. Sesuai namanya, TEMPURAN, warganya pun
siap tempur memperjuangkan agar hidup layak. Salah satunya usaha peternakan
Burung Puyuh. Tingginya permintaan telur puyuh di Bojonegoro menjadi peluang
usaha tersendiri. Kesempatan ini tidak disia-siakan oleh Suwito (44 tahun)
warga RT. 02 RW. 02 Dukuh Tempuran, Desa Sumodikaran Kec. Dander Kab.
Bojonegoro. Berkat usahanya ini dia bisa membeli tanah, membangun rumah dan
mencukupi kebutuhan hidup keluarganya.
Suwito memang ulet dalam
bekerja. Betapa tidak, saat ditemui oleh KIM Patih Somo (18/03) Ia mengaku menekuni
peternakan puyuh ini sejak tahun 1999
berawal dari sebuah kecelakaan kendaraan yang disopirinya. Sebelumnya
dia memang sopir truk sebuah CV di Bojonegoro. Namun musibah datang hingga
akhirnya pria ini trauma menjadi sopir dan memilih menekuni bidang usaha
lainnya, yakni beternak buruh puyuh. Diawal usahanya pria berkelahiran Tuban
ini mencoba memelihara buruh puyuh di desa kelahirannya Soko Tuban hanya 100
ekor, kemudian berkembang menjadi
ribuan
ekor. Merasa berhasil beternak puyuh di Soko Tuban, Pria ini mengembangkan
usahanya di desa tempat tinggal istrinya yakni di Desa Sumodikaran.
Sampai berita ini ditulis,
burung puyuh yang dipelihara oleh Suwito dibantu oleh Nur Diana, istrinya kini mencapai
5000 ekor dengan rincian 2000 ekor petelur dan 3000 ekor lainnya dijual sebagai
bibit. Dari 2000 ekor puyuh petelur ini
tiap harinya bisa menghasilkan 18-20 Kg telur dengan harga jual Rp.
25rb/kilogram nya. Sementara pakan yang dibutuhkan perharinya untuk burung siap
telur sebanyak 2000 ekor mencapai 1 sak atau sekitar 50 kg dengan harga Rp. 270
ribu/saknya. Dari hitungan matematis, profit bersih yang dikantongi oleh Suwito bisa mencapai
Rp. 400 ribu/harinya setelah dikurangi biaya pakan dan biaya perawatan lainnya.
Selain memelihara burung siap telur, Suwito juga menjual burung bakalan atau
bibit hingga saat ini berjumlah 3000 ekor dengan harga jual Rp. 5500,- per
ekornya.
Namun usahanya ini tidak selalu mulus, pada
tahun 2011 pernah merugi hingga Rp. 20 juta rupiah gara-gara buruh puyuh
peliharaannya terserang virus.
Namun
berkat bantuan pinjaman modal dari Dinas Peternakan Kabupaten Bojonegoro
sebesar Rp. 60 juta, keterpurukan usahanya ini dapat segera diatasi.(say)
11.00
KIM Patih Somo- Sumodikaran memang desa
kecil, namun potensi sumber daya alam maupun sumber daya manusianya perlu
diperhitungkan. Salah satunya adalah Abdul manaf (38) warga RT. 08 RW. 01 Desa
Sumodikaran Kec. Dander Kab. Bojonegoro Jawa Timur. Berbekal teknik menulis kaligrafi
( Khot ) sewaktu belajar di MTs Al Rosyid Kendal Bojonegoro, pria ini memiliki
keterampilan mengukir kaligrafi arab diatas media kayu jati dengan hasil karya yang
cukup menakjubkan.
Pekerjaan ini dipilihnya
karena ada peluang bisnis dan tidak sembarang orang bisa melakukannya mengingat
pekerjaan ini membutuhkan keterampilan dan ketekunan yang tinggi . Saat ditemui
KIM Patih Somo (17/03), Pria yang agak gemuk ini mengaku mulai menggeluti
bidang mebel dan ukir sejak tahun 1998.
Berawal dari bekerja di Mebel Garuda, Sukorejo Bojonegoro. Setelah
merasa cukup mendapatkan ilmu mengukir, maka pada tahun 2005 dia membuka usaha
kecilan di rumahnya sendiri. Dengan modal 4 juta, pria ini memulai usahanya
membuat Kaligrafi ukir. “Saya sebenarnya sudah lama ingin mengaplikasikan Khot/Kaligrafi
Arab ini diatas media kayu, cuman modalnya belum ada”, Ujarnya.
Sejauh ini memang
pemasaran belum maksimal. Produk baru dibuat berdasarkan pemesanan saja. Hal ini
dikarenakan terbatasnya modal yang dimiliki pengrajinnya. Namun puluhan bahkan ratusan
kaligrafi sudah menghiasi rumah warga dan masjid-masjid di Bojonegoro ini. Produk
kaligrafi yang dihasilkan dijual dengan harga bervariasi antara 100 ribu – 500 ribu
rupiah, tergantung ukuran dan tingkat kesulitan pemahatannya.
Selain kaligrafi ukir, Pria yang memberi nama usahanya
dengan sebutan “
Syahrina Mebel” ini juga melayani kebutuhan mebelair
seperti meja, kursi, lemari, pintu, jendela, dan kusen. Bagi Pembaca yang ingin memesannya
bisa menghubungi
082331181388, WA : 08972929688, atau PIN 5290BA47. (say)
06.55
KIM Patih Somo- Reaksi pertama kali kita mendengar
bahwa lampu hemat energi mati bisa dihidupkan kembali adalah takjub dan
setengah tidak percaya. Namun ketidakpercayaan ini dijawab oleh Moh. Badrianto
(37), warga RT. 02/ RW. 02 Dukuh Tempuran Desa Sumodikaran, pasalnya lelaki yang
sehari-hari dipanggil Mas Badri ini sudah tiga tahun ini menggeluti profesi
sebagai dukun lampu.
Saat ditemuai Kim Patih somo (16/03), Moh
Badrianto mengaku menekuni profesi sebagai dukun lampu ini sejak tahun 2012 bermula
saat dia memiliki beberapa lampu hemat energi yang sudah mati, karena merasa
sayang kalau benda rusak ini dibuang, maka muncul ide untuk memperbaikinya. Maka
pada awal tahun 2012 mulailah dia belajar dari tukang service lampu di Surabaya.
Setelah melalui perjuangan yang panjang, akhirnya dia mencoba membuka usaha service
lampu. Bermodalkan uang Rp. 300.000,- dia membeli bahan dan peralatan seadanya.
Mungkin inilah bisnis dengan modal mini hasil
maxi atau modal sedikit hasil selangit. Dalam waktu kurang dari satu bulan modal
yang dikeluarkan sudah kembali bahkan meraup keuntungan yang cukup tinggi yakni
mencapai 1 juta rupiah.
Hal yang paling sulit ditembus bagi pemodal
mini untuk bisnis ini adalah pengadaan bahan baku kacanya, karena tidak dijual
bebas di toko-toko, maka pembeliannya harus langsung ke distributornya dan itupun harus partai besar
dan cash. Bagi pemodal mini hal yang bisa dilakukan adalah membeli secara
eceran dari para pembuka lapak service.
“Diawal
usaha kami, pemasaran hanya di kios-kios di sekitar Kecamatan Dander, lalu
dengan usaha keras bisa menembus pasar Ngasem, pasar Ngambon, pasar Kalitidu bahkan sampai ke pasar Padangan”,
ujar bapak beranak 3 ini. Sampai saat
ini anak buah untuk memasarkan barangnya sudah ada 6 orang. Seiring dengan
tingginya permintaan lampu rekondisi ini, Badri terus menambah modalnya. Penghasilannya
sebagai dukun lampu ini bisa mencapai 2,5 juta/bulan sehingga mampu menopang
ekonomi keluarganya.
13.30
KIM
Patih Somo- Sampai hari ini (16/03) beberapa pemilik sawah di Desa Sumodikaran Kec. Dander Kab. Bojonegoro Jawa Timur
masih memanen padinya. Musim panen tahun ini memang tak membuat petani di desa ini bergembira. Pasalnya harga gabah yang
menjadi tumpuan harapan pendapatan bagi
ratusan keluarga petani di desa tersebut hargannya kini anjlok hingga Rp 3.600
per kilogram.
Pada awal panen dua pekan lalu harga gabah masih
dikisaran Rp 4.500,- perkilogram. Para petani menuding ada tengkulak yang
mempermainkan harga, namun mereka tak punya pilihan, bagaimanapun gabah itu
harus dijual untuk modal masuk masa tanam kedua.
Jami’in, petani di RT.01 RW. 01 di desa ini misalnya, semula ia gembira karena awal
musim panen dua pekan lalu harga gabah dibeli para pedagang di kisaran harga Rp 4.500,-
per kilogram. Namun harga tersebut hanya bertahan beberapa hari sebelum
akhirnya tergerus.
“Dua pekan lalu kan harganya Rp 4.500 per kilogram, tapi hanya harga pembuka.
Rupanya hanya bertahan beberapa hari tiba-tiba harganya melorot meski kondisi
dan kualitas gabah tak berbeda dengan gabah yang dipanen dua pekan lalu,” ujar jami’in. Padahal data di pasar setempat menunjukkan harga
beras panenan baru berkisar Rp 8.400 – Rp 8.500/kilogram. Tapi harga beras
kualitas super tetap stabil berkisar Rp 9.800-Rp 10.400/kilogram, begitu pula
harga beras jatah untuk warga miskin (raskin) juga stabil berkisar Rp 6.500-Rp
6.600/kilogram, namun yang disayangkan petani mengapa harga gabah terus turun?
Pertanyaan inilah yang mungkin perlu dijawab oleh Pemerintah Kabupaten
Bojonegoro.
09.00
KIM Patih Somo- Minggu pagi
(15/03) Balai Desa Sumodikaran dibanjiri ibu-ibu dan remaja putri. Ada
rutinitas baru bagi Ibu-ibu dan remaja putri di desa ini, mulai bulan Januari
2015 kemarin setiap minggu pagi, mereka melakukan senam dan tak kalah juga para
remaja putra untuk melakukan olahraga bulu tangkis.
Rutinitas positif ini perlu
diapresiasi, betapa tidak atas prakarsa dari Ibu Kepala Desa Sumodikaran, Hj.
Khotimah, ibu-ibu dan remaja putri desa
Sumodikaran mengisi waktu sehabis masak dengan senam kebugaran.
Aktivitas rutin ini mulai
dilaksanakan awal bulan Januari 2015 yang lalu bertempat di Balai Desa
Sumodikaran Kec. Dander Kab. Bojonegoro. Dengan difasilitasi dan dipandu oleh
instruktur senam yang bernama Teresia (35 tahun), warga desa Balen Kec. Balen
peserta senam mencapai 50 orang. “Saya sangat senang dan sangat terhibur karena
selain untuk mengisi akhir pekan juga senam ini bermanfaat untuk menjaga
kesehatan dan kebugaran tubuh”, ujar Rusmiasih warga RT. 05 RW. 01 Desa
Sumodikaran.
Menurut Kepala Desa Sumodikaran,
Hj. Khotimah bahwa seiring dengan program Pemerintah Kabupaten Bojonegoro,
yakni Program Desa Sehat dan Cerdas, tentunya kebiasaan ini perlu dilestarikan,
sehingga warga desa Sumodikaran terutama ibu-ibu dan remaja putri memiliki
badan yang sehat, jiwa yang mantap dan program Pemerintah pun dapat terlaksana
dengan baik di desa kita yang tercinta ini.
Selain ibu-ibu dan remaja putri tidak
ketinggalan di halaman balai desa juga ada sekelompok remaja putra sedang
berolahraga bulu tangkis. “Ini semua perlu dimotivasi dan diapresiasi sehingga
warga benar-benar sadar bahwa menjaga kesehatan merupakan sebuah kebutuhan”, tandas
kades Sumodikaran.
15.17
KIM Patih Somo- Atas prakarsa Ibu
Kepala Desa Sumodikaran Kecamatan Dander Kabupaten Bojonegoro Propinsi Jawa
Timur, akhirnya Pembangunan Jalan Baru timur Kasun RT 01 RW 01 yang menjadi
harapan warga tersebut dapat terwujud.
Jalur yang dulunya adalah jalan
setapak menuju sawah yang terputus oleh sungai apur. Akhirnya pertama kali dibangun
pada masa kepemimpinan Kepala Desa H. Hadi Suwartono pada tahun 1990an untuk
membuka akses jalur terdekat menuju jalan raya dan sebagai penghubung ke
perumahan Redriying. Jalan yang sempat mengalami perkerasan dan perbaikan
tersebut akhirnya mengalami kendala karena tanah tersebut masih merupakan hak
milik perorangan, sehingga hampir 5 tahun terakhir tidak tersentuh pembangunan.
M. Dahlan yang beralamat di RT 01
RW 01 Desa Sumodikaran sebagai pewaris tanah tersebut akhirnya melunak setelah
di mediasi oleh Pemerintah Desa, dengan kepemimpinan Kepala Desa yang baru Ibu
Hj. Khotimah yang baru menjabat per 30 April 2014, benang kusut atas
permasalahan tanah tersebut akhirnya teratasi. Hasil kesepakatan yang
dituangkan dalam Berita Acara Desa pada tanggal 20 Mei 2014 lalu yang
diantaranya adalah “memberikan hibah kepada Desa separo dari lebar kebutuhan
untuk di jadikan jalan umum”. Hal tersebut diamini pula oleh pemilik tanah yang
bersebelahan dengan tanah tersebut, beliau adalah Ibu Hj. Suwartini yang
merelakan untuk kebutuhan separo jalan tersebut.
Hasil kesepakatan tersebut di
tindaklanjuti oleh Pemerintah Desa dengan melakukan pengukuran, Perencanaan,
model design dan menghitung kebutuhan anggaran untuk menggeser dari jalan yang
sudah ada. Hasil investigasi di lapangan diambil keputusan untuk terlebih dulu
dibangun plengsengan/tanggul tembok penahan tanah. Jalan sepanjang 60 meter
dengan lebar badan jalan 3 meter dan tepi kiri kanan masing-masing 1 meter
dengan tinggi urugan 140 cm tersebut sampai dengan perkerasan jalan di
perkirakan menelan dana Rp. 58.000.000,-.
Akhirnya setelah diperoleh anggaran dari hasil lelang
tanah kas desa pelaksanaan pembangunan jalan baru tersebut dilaksanakan
bersama-sama dengan masyarakat sekitar. Tepatnya bulan Desember 2014 kemarin
telah selesai pembangunan awal yaitu pelebaran jembatan, pemasangan tembok
penahan, dan pengurukan. Setelah itu di tunggu masa jeda 3 bulan agar tanah
urugan menjadi padat. Di awal bulan Maret 2015 pembangunan jalan dilanjutkan
dengan menataan batu belah, pengurukan peddle, pembuatan jalur jalan dan
pengerasan pasir kali. Setelah selesainya pembangunan jalan baru tersebut kini
jalan sudah bisa dilalui kendaraan dengan lancar. Namun demikian tetap masih
ditunggu ulur tangan pemerintah baik pusat maupun daerah agar dapatnya jalan
tersebut dapat perkerasan jalan/dipaving
11.30
KIM Patih Somo- Sumodikaran merupakan sebuah desa kecil yang luasnya 4000 KM2 di sebelah utara Kantor Kecamatan Dander, diapit
oleh Desa Mojoranu, Ngumpakdalem, Sumberagung dan Sendangrejo. Dibaik mungilnya
desa tersebut ternyata menyimpan kuliner unik yang di sediakan oleh Warung
Tempuran, yang menjadikan desa itu terkenal di wilayah Bojonegoro, Tuban, Cepu,
Blora dan sekitarnya. Kuliner unik itu adalah Belut Gimbal Tempur. Menurut
Fahrurrozi, Pengelola Warung Tempuran, nama kuliner itu sendiri diambil dari
Belut yang balut dengan bumbuh rempah-rempah khas kuliner ndeso warung
Tempuran. Selain Belut Gimbal Tempur tersedia juga belut geprak, ayam panggang
Hot dan manis, Gurami Bakar Areng dan juga Jaer Dadal duel. Warung yang buka hari Sabtu-Kamis jam 08.00-17.00 ini menyajikan suasana yang
nyaman, alami dibawah rindangnya pohon bambu membuat kesan tersendiri bagi
pengunjung dan penikmat kuliner tersebut.
Pemilik warung ini adalah M. Arif
Mustofa yang merupakan penduduk asli
dukuh Tempuran desa Sumodikaran, dengan dibantu 7 orang
karyawan menjadikan warung ini siap memanjakan pengunjungnya dengan
aneka menu yang dipilihnya. Warung ini memiliki banyak pelanggan baik dari
warga maupun dari pejabat-pejabat teras Pemerintah kabupaten Bojonegoro.
Warung yang mulai buka pada tahun 2013
ini buka pada hari Sabtu – Kamis pukul
08.00 – 17.00 WIB. Sedangkan pada hari Jum’at libur. Warung ini mampu
menghabiskan belut sebanyak 15-20 kg/hari pada hari senin-kamis, sedangkan pada
hari Sabtu-Minggu bisa menghabiskan 20-25 Kg/hari.
Untuk menuju lokasi warung ini
memang agak masuk kedalam desa namun sepanjang jalan sudah berpaving sehingga
nyaman untuk dilewati, warung ini tepat berada di RT. 05 RW.02 dukuh Tempuran desa Sumodikaran. Route menuju
warung Tempuran cukup mudah dijangkau. Dari perempatan pasar desa Ngumpakdalem ke
arah barat sekitar 500 m. Di setiap perempatan sudah ada petunjuk arah menuju
warung tersebut.
Warung yang berada dibawah rimbunnya
bambu ini berdiri atas prakarsa pemiliknya dengan mempertimbangkan peluang
bahwa belum ada warung Belut masakan khas ndeso di kecamatan Dander. Namun
sayang warung belut ini masih mengambil
bahan baku dari luar Bojonegoro karena masih belum adanya peternakan belut di
sekitar desa sumodikaran.
Namun untuk menu masakan yang lain seperti ayam
panggang dan Jaer Dadal Duwel sudah
mengambil bahan baku dari peternakan warga sekitar. Hal ini tentunya menjadi
bagian dari upaya meningkatkan nilai tambah perekonomian bagi warga
Sumodikaran. Dan peternakan belut sendiri merupakan peluang usaha yang masih
menjanjikan mengingat selain warung Tempuran masih ada lagi warung yang cukup
terkenal di desa ini yakni Warung “Rumah Kampoeng” dan warung “Mega
Kafe” yang menunya hampir sama dengan warung Tempuran.
Menurut Habib, Guru Madrasah Al Rosyid salah satu pelanggan warung ini,
dengan rasa yang khas dan mantap apalagi yang doyan pedas cita rasa yang
disuguhkan oleh warung ini benar-benar membuat mereka ingin kembali dan kembali
menikmati sedapnya kuliner ndeso khas jonegoro ini. Pernyataan ini dibenarkan
oleh pengelola warung, Fachrurrozi. Bahkan diantara mereka ada yang merayakan
ulang tahun dan acara-acara keluarga lainnya di warung Tempuran ini. Keberadaan
warung ini tentunya membawa sebuah harapan akan meningkatnya taraf hidup
masyarakat desa Sumodikaran sehingga kehidupan dan kesejahteraan mereka akan
lebih baik.
06.30
KIM Patih Somo- Musim
hujan belum juga usai tapi memasuki bulan Maret curah mulai berkurang, mungkin
masih menjadi derita bagi penduduk yang bermukim di wilayah dataran rendah. Di kota-kota
besar seperti Jakarta yang padat, dengan sistem drainase yang tidak begitu
tertata dengan baik, dengan tingkat kesadaran warga yang kurang memperhatikan
lingkungannya sehingga ketika musim hujan turun bencana banjir telah menjadi
momok dan derita yang memilukan. Tetapi begitulah sifat air yang akan selalu mengalir ke tempat
yang lebih rendah. Bagaimana pun air tetap menjadi sumber kehidupan.
Kabupaten
Bojonegoro yang sangat dikenal sebagai tempat langganan banjir di musim hujan dan
kekeringan di musim kemarau, tapi seiring dengan berjalannya waktu daerah Bojonegoro
yang selalu berbenah diri dari permasalahan tersebut sudah tertangani dan
sangat jauh berkurang. Ide dan konsep brilian
dari Bupati Bojonegoro, Kang Yoto telah mampu menangani berbagai masalah di kabupaten
Bojonegoro yang semakin matoh.
Jika
Bapak Presiden kita, JOKOWI mempunyai harapan besar untuk berswasembada beras
dalam waktu 3 tahun kedepan, jauh sebelum itu Kang YOTO sudah berharap untuk menjadikan Kabupaten
Bojonegoro sebagai lumbung pangan dan
energi, tentunya dibutuhkan sinergi dan dukungan dari banyak pihak dan berbagai
elemen masyarakat.
Pahlawan
kita yang terkapar dan tertindas adalah Bapak-bapak petani yang selalu bekerja
keras mewujudkan impian-impian itu. Desa Sumodikaran memiliki potensi pertanian
bisa dibilang sangat bagus, dari luas desa +- 4.000.000 m2, hampir 60
Persennya masih merupakan kawasan
pertanian yang potensial, dengan dukungan irigasi daerah irigasi Balong dan daerah
irigasi Dander. Air mengalir sepanjang tahun , selain itu ada juga sarana
pendukung embung solo valay, Sehingga bisa dikatakan air sangat cukup untuk
irigasi pertanian, dengan wilayah area irigasi teknis 145 ha dan 70 ha lebih
non tehnis.
Semenjak
berfungsinya embung solo valay di desa Sumodikaran sekitar tahun 2000 yang lalu,
Pendapatan hasil pertanian warga desa Sumodikaran sangat melimpah. Dengan pola
padi, padi, polowijo para petani bisa panen tiga kali pertahun. Kegiatan
pertanian sudah sangat dipahami oleh para petani, dengan sistem pengairan yang
sangat baik, pola tanam, bibit unggul, penggunaan pupuk dan obat pertanian
sehingga perolehan rata-rata pertahun 7-8 ton/tahun.
Dengan
luas area pertanian kira-kira para petani di desa Sumodikaran bisa menyumbang
hampir 3000 ton gabah, dan 210 ton kedelai / pertahun kepada Pemerintah.
Untuk
mewujudkan cita-cita swasembada beras, pangan dan energi sebagai lumbung
pangan dan energi, tentunya besar
harapan para petani adalah mendapatkan bimbingan dan dukungan dari Pemerintah agar para petani
bisa mendapatkan hasil yang baik sesuai harapan mereka sehingga sektor
pertanian ini menjadi tumpuan andalan yang menopang kehidupan mereka sehingga
pada akhirnya kesejahtaraan dan taraf hidup masyarakat Sumodikaran akan
semakin meningkat.
01.33
Akta kelahiran adalah bentuk identitas setiap anak yang menjadi
bagian tidak terpisahkan dari hak sipil dan politik warga negara. Hak
atas identitas merupakan bentuk pengakuan negara terhadap keberadaan
seseorang di depan hukum.
Membuat Surat Pengantar Mengurus Akta Kelahiran
Persyaratan pengantar membuat akta kelahiran :
- Foto Copy Kartu Keluarga
- Foto Copy Surat Nikah orang tua
- Foto Copy KTP Orang Tua
- Surat Kelahiran dari Desa atau surat Persaksian kelahiran
- Foto Copy KTP Saksi 1 dan saksi 2
01.25
Persyaratan membuat surat pindah tempat :
- Kartu Keluarga (KK) asli.
- Kartu Tanda Penduduk (KTP) asli.
- Surat pengantar dari desa.
- Foto copy surat nikah.
- Pas foto ukuran 3x4 sebanyak 3 Lembar
- SKCK untuk yang pindah tempat antar Kabupaten dan antar Propinsi
Kontak Kami
Pemerintah Desa Sumodikaran
Sekretariat : Balai Desa Sumodikaran Kec. Dander Kab. Bojonegoro
HP : +6282331046465 ( Yasdi, SE, MM )
Email : desasumodikaran@gmail.com