KIM Patih Somo- Dukuh Tempuran memang potensial untuk digali sumber dayanya. Sesuai namanya, TEMPURAN, warganya pun siap tempur memperjuangkan agar hidup layak. Salah satunya usaha peternakan Burung Puyuh. Tingginya permintaan telur puyuh di Bojonegoro menjadi peluang usaha tersendiri. Kesempatan ini tidak disia-siakan oleh Suwito (44 tahun) warga RT. 02 RW. 02 Dukuh Tempuran, Desa Sumodikaran Kec. Dander Kab. Bojonegoro. Berkat usahanya ini dia bisa membeli tanah, membangun rumah dan mencukupi kebutuhan hidup keluarganya.
Suwito memang ulet dalam
bekerja. Betapa tidak, saat ditemui oleh KIM Patih Somo (18/03) Ia mengaku menekuni
peternakan puyuh ini sejak tahun 1999
berawal dari sebuah kecelakaan kendaraan yang disopirinya. Sebelumnya
dia memang sopir truk sebuah CV di Bojonegoro. Namun musibah datang hingga
akhirnya pria ini trauma menjadi sopir dan memilih menekuni bidang usaha
lainnya, yakni beternak buruh puyuh. Diawal usahanya pria berkelahiran Tuban
ini mencoba memelihara buruh puyuh di desa kelahirannya Soko Tuban hanya 100
ekor, kemudian berkembang menjadi ribuan
ekor. Merasa berhasil beternak puyuh di Soko Tuban, Pria ini mengembangkan
usahanya di desa tempat tinggal istrinya yakni di Desa Sumodikaran.
Sampai berita ini ditulis,
burung puyuh yang dipelihara oleh Suwito dibantu oleh Nur Diana, istrinya kini mencapai
5000 ekor dengan rincian 2000 ekor petelur dan 3000 ekor lainnya dijual sebagai
bibit. Dari 2000 ekor puyuh petelur ini
tiap harinya bisa menghasilkan 18-20 Kg telur dengan harga jual Rp.
25rb/kilogram nya. Sementara pakan yang dibutuhkan perharinya untuk burung siap
telur sebanyak 2000 ekor mencapai 1 sak atau sekitar 50 kg dengan harga Rp. 270
ribu/saknya. Dari hitungan matematis, profit bersih yang dikantongi oleh Suwito bisa mencapai
Rp. 400 ribu/harinya setelah dikurangi biaya pakan dan biaya perawatan lainnya.
Selain memelihara burung siap telur, Suwito juga menjual burung bakalan atau
bibit hingga saat ini berjumlah 3000 ekor dengan harga jual Rp. 5500,- per
ekornya.
Namun usahanya ini tidak selalu mulus, pada
tahun 2011 pernah merugi hingga Rp. 20 juta rupiah gara-gara buruh puyuh
peliharaannya terserang virus. Namun
berkat bantuan pinjaman modal dari Dinas Peternakan Kabupaten Bojonegoro
sebesar Rp. 60 juta, keterpurukan usahanya ini dapat segera diatasi.(say)
Itu hasil telornya langsung di ambil tegkulak atau di pasarkan sendiri pak,,,????
BalasHapusDarii pantauan njenengan kira2 baunya mengganggu warga skitar ngak pak, klo lokasi kandang di perkampungan deket rumah,,,
BalasHapusMenurut Pemilik, telurnya langsung dibeli tengkulak. Saya kmrn datang di lokasi. Ternyata msh wajar2 aja baunya.
BalasHapuskita main yuk kerumah mereka. kita minta ajarin bisnisnya
BalasHapuskita main yuk kerumah mereka. kita minta ajarin bisnisnya
BalasHapusMohon tanya bos?boleh kah beli jatan nya,
BalasHapus