KIM
Patih Somo- Sampai hari ini (16/03) beberapa pemilik sawah di Desa Sumodikaran Kec. Dander Kab. Bojonegoro Jawa Timur
masih memanen padinya. Musim panen tahun ini memang tak membuat petani di desa ini bergembira. Pasalnya harga gabah yang
menjadi tumpuan harapan pendapatan bagi
ratusan keluarga petani di desa tersebut hargannya kini anjlok hingga Rp 3.600
per kilogram.
Pada awal panen dua pekan lalu harga gabah masih dikisaran Rp 4.500,- perkilogram. Para petani menuding ada tengkulak yang mempermainkan harga, namun mereka tak punya pilihan, bagaimanapun gabah itu harus dijual untuk modal masuk masa tanam kedua.
Pada awal panen dua pekan lalu harga gabah masih dikisaran Rp 4.500,- perkilogram. Para petani menuding ada tengkulak yang mempermainkan harga, namun mereka tak punya pilihan, bagaimanapun gabah itu harus dijual untuk modal masuk masa tanam kedua.
Jami’in, petani di RT.01 RW. 01 di desa ini misalnya, semula ia gembira karena awal musim panen dua pekan lalu harga gabah dibeli para pedagang di kisaran harga Rp 4.500,- per kilogram. Namun harga tersebut hanya bertahan beberapa hari sebelum akhirnya tergerus.
“Dua pekan lalu kan harganya Rp 4.500 per kilogram, tapi hanya harga pembuka. Rupanya hanya bertahan beberapa hari tiba-tiba harganya melorot meski kondisi dan kualitas gabah tak berbeda dengan gabah yang dipanen dua pekan lalu,” ujar jami’in. Padahal data di pasar setempat menunjukkan harga beras panenan baru berkisar Rp 8.400 – Rp 8.500/kilogram. Tapi harga beras kualitas super tetap stabil berkisar Rp 9.800-Rp 10.400/kilogram, begitu pula harga beras jatah untuk warga miskin (raskin) juga stabil berkisar Rp 6.500-Rp 6.600/kilogram, namun yang disayangkan petani mengapa harga gabah terus turun? Pertanyaan inilah yang mungkin perlu dijawab oleh Pemerintah Kabupaten Bojonegoro.
0 komentar:
Posting Komentar